Saturday, October 30, 2010

Paragraf

Pengertian Paragraf


Paragraf atau Alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.

Paragraf juga merupakan suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.

Syarat-Syarat Paragraf


Paragraf yang efektif harus memenuhi syarat-syarat berikut:

  • Memiliki Kalimat Pokok

    Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.


  • Kalimat Penjelas

    Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.


  • Memiliki Kesatuan Paragraf

    Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik/masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.


  • Kepaduan paragraf

    Seperti halnya kalimat efektif, dalam paragraph ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancar serta logis. Untuk itu, cara repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.



Jenis Paragraf


Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya, yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, dan menurut fungsinya dalam karangan.


  1. Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya


    Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, dan paragraf penuh kalimat topik.



    • A. Paragraf Deduktif

      Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).




      Contoh paragraf deduktif :

      "Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."




      Contoh paragraf deduktif:

      "Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan. Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S. Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to door”."


    • B. Paragraf Induktif

      Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.




      Contoh paragraf induktif:

      "Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao."



      Contoh paragraf induktif:

      "Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya."


    • C. Paragraf Deduktif-Induktif

      Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.


      Contoh paragraf deduktif-induktif :

      "Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."


    • D. Paragraf penuh kalimat topik

      Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.


      Contoh paragraf penuh kalimat topik:

      "Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."



  2. Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya


    Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.


    Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:



    • A. Paragraf Persuasif

      Adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama majalah dan koran. Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi, makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.



      Contoh paragraf persuasif:

      “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah–sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing-masing untuk membuang sampah pada tempatnya."


    • B. Paragraf Argumentasi

      Adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti-bukti alasan yang mendukung.


      Contoh paragraf argumentasi:

      “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008-2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009–2010.”


    • C. Paragraf Naratif

      Adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.


      Contoh paragraf naratif:

      “Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”


    • D. Paragraf Deskriptif

      Adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.


      Contoh paragraf deskriptif:

      “Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.


    • E. Paragraf Eksposisi

      Adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.



      Contoh paragraf eksposisi:

      “Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.



  3. Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan


    Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:



    1. Paragraf Pembuka

      Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:

      1. menghantar pokok pembicaraan

      2. menarik minat pembaca

      3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan



      Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:

      1. kutipan, peribahasa, anekdot

      2. pentingnya pokok pembicaraan

      3. pendapat atau pernyataan seseorang

      4. uraian tentang pengalaman pribadi

      5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan

      6. sebuah pertanyaan



    2. Paragraf Pengembang

      Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:

      1. mengemukakan inti persoalan

      2. memberikan ilustrasi

      3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya

      4. meringkas paragraf sebelumnya

      5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.



    3. Paragraf Penutup

      Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut:

      1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlalu panjang

      2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian

      3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya







Sumber 1

Sumber 2

Saturday, October 23, 2010

Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
  2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif


1. Kesepadanan

Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.

Contoh:
  • Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).

Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
  • Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
  • Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).

Contoh:
  • Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
  • Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

3. Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
  1. Menghilangkan pengulangan subjek.
  2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
  3. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
  4. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:
  • Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
  • Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
  • Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
  • Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4. Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.

Contoh:
  • Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
  • Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5. Kesatuan atau Kepaduan

Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
  1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
  2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
  3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh:
  • Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
  • Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
  • Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
  • Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:
  • Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
  • Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
  • Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

  • Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
  • Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

  1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
    Contoh:

    • Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

    • Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)

    • Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

    • Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)


  2. Membuat urutan kata yang bertahap.
    Contoh:

    • Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)

    • Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)


  3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
    Contoh:

    • Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.


  4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
    Contoh:

    • Anak itu bodoh, tetapi pintar.


  5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
    Contoh:

    • Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

    • Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

Wednesday, October 13, 2010

Struktur Kalimat Dasar


Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memiliki unsur subjek dan predikat. Tanpa kedua unsur itu maka pernyataan itu tidak membentuk kalimat, melainkan frasa.



Unsur-Unsur dalam Kalimat Dasar



  1. Subjek


    Ciri-ciri:

    • Jawaban atas pertanyaan "Apa" atau "Siapa" kepada Predikat.

      Contoh: Juanda memelihara binatang langka.

      Siapa yang memelihara? Jawab: Juanda, maka "Juanda" adalah subjek sedangkan "memelihara" adalah predikat. Sedangkan siapa atau apa binatang langka tidak menghasilkan jawaban.

    • Biasanya disertai kata itu, ini, dan yang.

      Contoh: Anak itu mengambil bukuku.



  2. Predikat


    Ciri-ciri:

    • Menimbulkan pertanyaan "Apa" atau "Siapa".

      Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabnya (lihat contoh ciri-ciri subjek pertama). Subjek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.

    • Kata Adalah atau Ialah

      Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.

    • Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas

      Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedangm belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek) seperti ingin, hendak, dan mau.



  3. Objek


    Ciri-ciri:

    • Langsung di Belakang Predikat

      Objek hanya memiliki tempat di belakag predikat, tidak pernah mendahului predikat.

    • Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

      Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

    • Didahului Kata Bahwa

      Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.



  4. Pelengkap


    Ciri-ciri:

    • Di Belakang Predikat

      Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya pada kalimat berikut:

      a. Diah mengirimi saya buku baru.

      b. Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

      Unsur kalimat "buku baru" dan "sepeda baru" di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.

    • Hasil Jawaban dari Predikat dengan Pertanyaan "Apa".

      Contoh: Pemuda itu bersenjatakan parang.

      Bersenjatakan apa? Jawab: parang, maka "parang" adalah pelengkap.



  5. Keterangan



    • Dapat dipindah-pindah posisinya.

      Contoh:

      Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu. (SPOK)

      Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue. (KSPO)

      Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue. (SKPO)

      "Dengan bahan itu" adalah keterangan dari kalimat-kalimat di atas. Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO, jika tidak dapat dipindah maka bukan keterangan.




Pola Kalimat Dasar


Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Kata Benda + Kata Kerja, contoh: Mahasiswa berdiskusi.

  2. Kata Benda + Kata Sifat, contoh: Dosen itu ramah.

  3. Kata Benda + Kata Bilangan, contoh: Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

  4. Kata Benda + (Kata Depan + Kata Benda), contoh: Tinggalnya di Palembang.

  5. Kata Benda 1 + Kata Kerja + Kata Benda 2, contoh: Mereka menonton film.

  6. Kata Benda 1 + Kata Kerja + Kata Benda 2 + Kata Kerja 3, contoh: Paman mencarikan saya pekerjaan.

  7. Kata Benda 1 + Kata Benda 2, contoh: Rustam peneliti.






Sumber

Friday, October 1, 2010

Variasi Bahasa

Variasi bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau variasi tersendiri.

Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.

Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur



    • a. Variasi bahasa idioiek


      Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. Setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.

    • b. Variasi bahasa dialek


      Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.

    • c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal


      Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.

    • d. Variasi bahasa sosiolek


      Adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

    • e. Variasi bahasa berdasarkan usia


      Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.

    • f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan


      Yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.

    • g. Variasi bahasa berdasarkan seks


      Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.

    • h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur


      Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.

    • i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan


      Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang terkait dengan tingkat dan kedudukan penutur (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.

    • j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur


      Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:



      1. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya;

      2. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah;

      3. Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;

      4. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;

      5. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok (dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll..;

      6. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;

      7. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata artinya polisi;

      8. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.




  2. Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian


    Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.

  3. Variasi Bahasa dari Segi Keformalan


    Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:

    • a. Gaya atau ragam beku (frozen)


      Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagainya.

    • b. Gaya atau ragam resmi (formal)


      Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.

    • c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)


      Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.

    • d. Gaya atau ragam santai (casual)


      Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.

    • e. Gaya atau ragam akrab (intimate)


      Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.


  4. Variasi Bahasa dari Segi Sarana


    Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.

Sumber